LAPORAN KIMIA ANORGANIK PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Garam
terbentuk ketika suatu asam dan basa bereaksi dan saling menetralkan satu sama
lain sehingga hasilnya tidak mempunyai sifat-sifat asam dan basa. Ion hidrogen
(H+) dari asam dan ion hidroksida (OH-) dari basa dalam
reaksinya satu sama lain akan membentuk air. Natrium adalah salah satu logam alkali pembentukan garam
yang bersifat basa. Unsur ini berkilau, lunak dan merupakan konduktor listrik
yang baik. Natrium Tiosulfat ( Na2S2O3)
adalah salah satu jenis dari garam terhidrat. Garam terhidrat adalah garam yang
terbentuk dari senyawa – senyawa kimia yang dapat mengikat molekul-molekul air
pada suhu kamar.
Natrium Tiosulfat merupakan garam dari suatu senyawa
tiosulfat dan natrium. Garam natrium tiosulfat ini bisanya berbentuk sebuk
berwarna putih. Garam ini sering kali kita jumpai dalam bentuknya hidratnya
yaitu Na2S2O3. 5H2O dan Na2S2O3.
10H2O. Asam tiosulfat
tidak bisa dibentuk dengan menambahkan asam kedalam tiosulfat karena adanya
dekomposisi asam bebas ini di dalam air dalam campuran S, H2S, H2Sn,
SO2, dan H2SO4 ini bisa dibuat dengan
menhilangkan air, dalam temperature rendah (-780C). Campuran garam-garam tiosulfat bersifat stabil dan
berasam. Tiosulfat
dibuat dengan mendidihkan alkali atau larutan sulfat nitrat dengan S dan
oksidasi polisulfida dengan udara.
Pembuatan natrium tiosulfat (Na2S2O3)
dapat dilakukan dalam skala laboratorium dengan memanaskan
larutan natrium sulfit
dengan sulfur
atau dengan mendidihkan natrium hidroksida berair dan sulfur
dengan proses refluks dan kristalisasi
filtrat. Natrium tiosulfat dapat digunakan sebagai antioksidan yaitu bahan yang dapat menstabilkan sabun sehingga tidak
menjadi rancid. Garam alkali tiosulfat banyak diproduksi terutama untuk
kebutuhan bidang fotografi, dimana garam ini digunakan untuk melarutkan perak
bromida yang tidak bereaksi dalam suatu emulsi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dilakukanlah
praktikum pembuatan garam natrium tiosulfat dengan mereaksikan natrium sulfit
dengan sulfur dan menggunakan aquades sebagai pelarut dengan proses pemanasan
bersuhu tinggi yaitu dengan teknik refluks.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini
yaitu untuk mempelajari perubahan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifat kimianya.
1.3
Prinsip Dasar Praktikum
Pembuatan garam natrium tiosulfat pada percobaan ini
didasarkan pada proses perefluksan serbuk belerang dengan natrium sulfit pada
suhu yang cukup tinggi melalui tehnik pengkristalan filtrat (kristalisasi).
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)
Natrium tiosulfat berbentuk serbuk kristal
atau granula, tidak berwarna atau putih, tidak berbau, rumus molekul Na2S2O3.
Berat
Molekul 158,1. pH 50 g/L pada suhu 20oC 6,0-8,5.
Titik Lebur 48oC (118,40oF). Titik Didih 100 oC
(212,00oF). Berat (air = 1) 1,73 (atau 1, 66). Bersifat higroskopik
(dapat menyerap kelembapan udara) Kelarutalarut dalam air panas dan sebagian larut
dalam air dingin (Hoffman, 2001).
Natrium tiosulfat
pentahidrat tak berwarna hingga kristal putih. Bahaya kereaktifan : reaksi
dengan agen oksidasi (seperti halogen, nitrat, nitrit oksida) aktif dan
eksotermal. Sulfur dioksida diproduksi ketika reaksi dengan asam. Dekomposisi
pentahidrat ketika dipanaskan,termasuk produksi hidrogen sulfida, sulfur
dioksida, sulfur trioksida. Ledakan hebat terjadi jika dicampurkan dengan bubuk
natrium nitrat dan cukup panas menekan air pada proses kristalisasi (Young, 2002).
“Sodium thiosulfate pentahydrat of
chromatic do not till white crystal. Reactivity danger : reaction of with
oxidation agent ( Thus halogen, nitrate, oxide nitrit) active and eksotermal.
Dioxide sulphur produced when reaction of with acid of decomposition pentahydrat when heated the
including sulphur dioxide sulphur sulfide hydrogen production of trioksida
super. Explosion happened if mixed with powder of natrium nitrate and hot to
enough depress water at process of crystalllization” (Young, 2002).
2.2 Sulfur/Belerang (S)
Sulfur alami terdiri dari campuran isotop stabil dengan
jumlah massa 32, 33, 34 dan 36, kandungan relatifnya dari yang 95,04%, 0,75%,
4,20% dan 0,015%, masing-masing. Isotop sulfur biasa diterapkan dalam biologi,
geologi, geokimia, ekologi, agrochemistry, arkeologi dan obat-obatan. Sulfur
heksafluorida digunakan sebagai zat kerja dalam teknologi pemisahan sentrifugal
belerang isotop. Parameter teknologi pemisahan sentrifugal dan sifat dari SF6
dapat diketahui. Setelah memperoleh SF6, senyawa ini diubah
menjadi unsur belerang yang cocok untuk penyimpanan dan penjualan. Proses ini
seharusnya dilakukan dengan persyaratan berikut: untuk meminimalkan kerugian,
untuk menghilangkan pengenceran isotop dan untuk menyediakan kemurnian kimia
yang diperlukan. Diketahui bahwa belerang memiliki banyak modifikasi allotropik dan bentuk kristal,
pembentukannya bergantung pada metode dan kondisi penyimpanan (Egorov, dkk,
2015).
“Natural
sulfur consists of a mixture of stable isotopes with mass numbers 32, 33, 34
and 36, the relative content of which is 95.04%, 0.75%, 4.20% and 0.015%,
respectively. Isotopes of sulfur are applied in biology, geology, geochemistry,
ecology, agrochemistry, archeology and medicine. Sulfur hexafluoride is used as
a working substance in the technology of centrifugal separation of the sulfur
isotopes. Parameters of technology of centrifugal separation and properties of
SF6 are known. After obtaining SF6 we should convert this compound
into elemental sulfur which is suitable for storing and selling. This process should
be done with the next requirements: to minimize the losses, to eliminate the
isotope dilution and to provide necessary chemical purity“ (Egorov, dkk, 2015).
2.3 Natrium Sulfit
Senyawa
sulfit yang biasa digunakan berbentuk bubuk kering, misalnya natrium atau
kalium sulfit, natrium atau kalium bisulfit dan natrium atau kalium
metabisulfit. Ada dua tujuan yang diinginkan dari penggunaan sulfit, yaitu: (1)
untuk mengawetkan (sebagai senyawa anti mikroba), dan (2) untuk mencegah
perubahan warna bahan makanan menjadi kecoklatan. Umumnya senyawa sulfit
efektif terhadap mikroba jenis A. niger,
Aspergillus, Penicillium, dan efektif untuk mengawetkan bahan makanan yang
bersifat asam, serta tidak efektif untuk bahan makanan yang bersifat netral
atau alkalis. Sulfit juga dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat
merusak atau membusukkan bahan makanan serta sebagai antioksidan yang mampu
mencegah ketengikan pada bahan makanan (Rianto dkk, 2008).
2.4 Refluks
Refluks merupakan metode ekstraksi dengan bantuan
panas. Hal yang sangat berpengaruh terhadap ekstraksi menggunakan refluks
adalah adanya penambahan pemanasan dan pelarut yang digunakan akan tetap dalam
keadaan segar karena adanya penguapan kembali pelarut yang terendam pada bahan.
sedangkan pada metode ekstraksi menggunakan refluks, adanya penambahan panas
dapat membantu meningkatkan proses ekstraksi karena suhu merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kecepatan ekstraksi
(Susanti,
dkk, 2015).
2.5 Kristalisasi
Karakteristik kristal
yang terbentuk selama proses kristalisasi sangat penting terutama ukuran dan
bentuknya hal ini karena akan mempengaruhi proses pemisahan, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi hasil dan
kualitas dari fraksi yang dihasilkan. Karakteristik
tersebut diatur oleh kondisi kristalisasi yang dilakukan. Hasil kristalisasi
yang cepat dalam pembentukan kristal yang tinggii akan menghasilkan jumlah
kristal dengan ukuran yang lebih kecil sedangkan kristalisasi lambat menghasilkan
kristal yang lebih besar dengan jumlah yang sedikit (Normah dkk, 2013).
“The
characteristics of crystals formed during the crystallization process
especially and shape are very important as this will influence the separation
process which will in turn affect the yield and quality of the resulting
fractions. Such characteristics are governed the crystallization conditions
being performed. Rapid crystallization results in formation of high number of
nuclei and thus the formation of numerous crystals with smaller size whereas
slow crystallization produced larger crystals which are lesser in number” (Normah
dkk, 2013).
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Percobaan
kimia anorganik “Pembuatan Natrium Tiosulfat” dilaksanakan pada hari Selasa, 05 Desember 2017, pukul 13.30 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini, yaitu alat refluks, batang
pengaduk, tabung reaksi, penangas air, gelas kimia, botol semprot, spatula,
pipet volume, filler dan gelas ukur.
3.2.2
Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan
dalam percobaan ini yaitu
natrium sulfit (Na2SO3), serbuk belerang, larutan HCl
encer, larutan KI, kertas saring, dan aquades.
3.2
Prosedur Kerja
3.1.1
Pembuatan
Natrium Tiosulfat-5-Hidrat
Pembuatan natrium tiosulfat-5-hidrat dimulai dengan
dirangkai alat refluks, kemudian dimasukkan 10 gram natrium sulfit ke dalam
labu refluks. Ditambahkan 50 mL aquades dan 1,5 gram
serbuk belerang, lalu direfluks selama 2 jam. Setelah direfluks didinginkan
larutan dan disaring. Dipindahkan filtrat kedalam gelas kimia dan diuapkan sampai volumenya
menjadi 10 mL. Dibiarkan sampai larutannya dingin dan dikeringkan kristal yang
terbentuk dengan menekan kristal di antara dua kertas saring, kemudian kristal
ditimbang.
3.1.2
Mempelajari
Sifat-Sifat Kimia Natrium Tiosulfat
Reaksi
dengan iod. 2 gram kristal natrium tiosulfat dilarutkan dengan 20 mL aquades
dan direaksikan dengan 3 mL larutan iod dalam KI. Kemudian diamati
perubahannya. Untuk pengaruh asam encer, 3 mL larutan natrium tiosulfat
ditambahkan dengan asam klorida encer sebanyak 3 mL. kemudian diamati perubahan
warna dan bau yang ditimbulkan setelah beberapa menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Hasil Pengamatan
4.1.1 Pembuatan Natrium Tiosulfat-5-Hidrat
Tabel 4.1 Pembuatan Natrium Tiosulfat-5-Hidrat
|
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1.
|
10 gram
natrium sulfit + 50 mL H2O + 0,15 gram serbuk belerang
|
Natrium sulfit
berwarna putih dan serbuk belerang berwarna kuning dan tidak larut dalam
aquades
|
|
2.
|
Direfluks
selama 2 jam
|
Larutan
berwarna keruh dan terdapat endapan belerang
|
|
3.
|
Didinginkan
larutan yang telah direfluks dan disaring
|
Filtratnya berwarna
bening
|
|
4.
|
Filtrat
diuapkan hingga terbentuk kristal
|
Terbentuk
kristal warna putih
|
|
5.
|
Ditimbang
kristal yang diperoleh
|
Diperoleh
kristal natrium tiosufat sebanyak 9,6 gram
|
Pembuatan
natrium tiosulfat dilakukan dengan mereaksikan 10 gram natrium sulfit, 50 mL aquades
dan 1,5 gram serbuk belerang berdasarkan data pengamatan, dari pencampuran
ketiga zat ini menghasilkan larutan berwarna kuning, kemudian direfluks kurang
lebih 1-2 jam. Agar pemutusan cincin S8 ini berlangsung dengan
sempurna, hasil perefluksan menghasilkan larutan berwarna keruh diseertai
endapan belrang pada filtrat, kemudian diuapkan hinnga volumenya menjadi 10 mL
dan terbentuk kristal. Proses penguapan ini bertujuan menghilangkan molekul air
yang bukan pentahidrat, kristal yang dihasilkan kemudian ditimbang dan diperoleh
berat kristal sebesar 9,6 gram.
4.1.2 Mempelajari Sifat Kimia Natrium Tiosulfat
4.1.2.1
Reaksi dengan Iod
Tabel 4.2 Reaksi
dengan Iod
|
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1.
|
Ditimbang 2 gram natrium tiosulfat + 20 mL
|
Larut
|
|
2.
|
Direaksikan dengan 3 mL larutan Iod
|
Larutan Sedikit keruh
|
Reaksi dengan
Iod dapat dilakukan dengan mereaksikan 2 gram natrium tiosulfat dengan 3 mL
larutan iod diperoleh larutan sedikit keruh, iod dapat mengoksidasi tiosulfat
mnjadi tetrationat yang bening. Perubahan warna pada larutan iod dari cokelat
menjadi bening menunjukkann berlangsungnya suatu reaksi.
4.1.2.2
Pengaruh Asam Encer
Tabel 4.3 Reaksi dengan Asam Encer
|
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
1.
|
Asam klorida encer 3 mL + 3 mL natrium
tiosulfat
|
Larutan menjadi tidak berbau
|
Percobaan ini larutan natrium tiosulfat direaksikan
dengan HCl encer. Pada awalnya natrium tiosulfat berbau tengik tetapi setelah
direaksikan dengan larutan HCl encer larutan menjadi tidak berbau dan
larutannya bening.
4.2
Reaksi yang Terjadi
4.2.1
Reaksi Pembentukan Natrium Tiosulfat
Na2SO3
+ S + 5H2O ® Na2S2O3.5H2O
4.2.2 Reaksi dengan Iod
4.2.3 Reaksi Pengaruh Asam Encer
4.2 Analisis Data
|
Berat natrium sulfit
|
=
|
10 gram
|
|
Volume aquades
|
=
|
50 mL
|
|
Berat serbuk belerang
|
=
|
1,5 gram
|
|
Berat kristal
|
=
|
9,6 gram
|
Secara
teoritis
|
Mol Na2SO3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
= 0.079 mol
|
|
|
Mol S8
|
|
|
|
|
|
|
|
Reaksi
|
8Na2SO3
|
+
|
S8
|
+
|
5H2O
|
|
8Na2S2O3.5H2O
|
|
Mula-mula
|
0,00992
|
|
0,00586
|
|
|
|
|
|
Bereaksi
|
0,00586
|
|
0,00586
|
|
|
|
0,04688
|
|
Sisa
|
0,00406
|
|
-
|
|
|
|
0,04688
|
|
Mol
Na2S2O3.5H2O
|
= 8/1
|
|
|
= 0,04688
mol
|
|
Massa
Na2S2O3.5H2O
|
= mol
|
|
|
= 0,04688
|
|
|
= 11,626
gram
|
Perhitungan rendeman:
|
%
Rendemen
|
|
|
|
|
|
|
=
82,57%
|
4.5 Pembahasan
Natrium Tiosulfat ( Na2S2O3)
adalah salah satu jenis dari garam terhidrat. Garam terhidrat adalah garam yang
terbentuk dari senyawa – senyawa kimia yang dapat mengikat molekul-molekul air
pada suhu kamar. Natrium Tiosulfat merupakan garam dari suatu
senyawa tiosulfat dan natrium. Garam natrium tiosulfat ini bisanya berbentuk
sebuk berwarna putih. Garam ini sering kali kita jumpai dalam bentuknya
hidratnya yaitu Na2S2O3. 5H2O dan
Na2S2O3. 10H2O.
Pembuatan natrium tiosulfat dalam
percobaan ini dilakukan dengan penambahan 10 gram natrium sulfit dan 0,15 gram
belerang serta 50 mL aquades kedalam labu refluks.
Campuran tersebut direfluks selama 2 jam. Pembuatan
garam natriun tiosulfat dilakukan dengan proses refluks dimana digunakan
aquades sebagai pelarut. Perefluksan
ini bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi dan reaksi dapat maksimal
(sempurna). Selain itu proses refluks berguna untuk memutuskan cincin 8 atom
pada sulfur sehingga dapat bereaksi dengan natrium sulfit tersebut agar sulfur
dapat bereaksi dengan baik.
Hasil perefluksan berupa campuran berwarna putih
kekuningan kemudian didinginkan dan disaring. Tujuan pendinginan disini untuk menurunkan suhu, akibat suhu yang sangat
tinggi pada saat merefluks, kemudian proses penyaringan dilakukan sebelum
campuran tersebut terlalu dingin untuk mencegah adanya kristal yang diinginkan
ikut tersaring. Penyaringan ini berfungsi untuk memisahkan filtrat dengan
residunya. Filtrat tersebut merupakan cairan hasil reaksi antara Na2SO3,
belerang dan air yang membentuk Na2S2O3.5H2O
(senyawa yang diinginkan). Sementara residunya merupakan bahan-bahan yang tidak
bereaksi, hal ini dimaksudkan pada belerang, bahwa belerang sulit larut dalam
air, sehingga hanya sebagian yang bereaksi.
Filtrat
hasil penyaringan kemudian dimasukkan kedalam cawan penguapan untuk diupakan. Tujuan dari penguapan yaitu untuk pemekatan konsentrasi agar airnya menguap sehingga terbentuk kristal natrium tiosulfat. Kristal kemudian didinginkan. Fungsi pendinginan adalah
untuk mempercepat proses pembentukan kristal Na2S2O3.5H2O
dan mempermudah dalam pemisahan endapan dan fltrat.
Kristal
yang telah didinginkan tersebut kemudian disaring. Hasil penyaringan berupa kristal yang berwarna putih dan
filtrat yang berwarna bening. Filtrat tersebut berupa air dan Na2S2O3
yang belum mengendap menjadi kristal. Kristal yang dihasilkan berupa endapan
putih yang merupakan kristal Na2S2O3. 5H2O
yang akan dikeringkan dan ditimbang. Kristal yang diperoleh
dari percobaan ini sebesar 9,6 gram. Hasil analisis data diperoleh rendemen
yang tidak jauh dengan rendemen secara teoritis yaitu sebesar 82,57% dengan
berat teoritis 11,626 gram. Presentasi rendemen tidak mencapai 100% hal ini
menunjukkan bahwa masih ada sulfur yang tidak bereaksi dengan Na2SO3 saat
perefluksan.Kristal yang diperoleh secara sifat fisik telah
sesuai dengan teori, Na2S2O3 yang
berwarna putih, dan berbentuk hablur.
Mempelajari
sifat-sifat kimia natrium tiosulfat pada percobaan ini dilakukan dengan melihat
perubahan yang terjadi jika direaksikan dengan larutan iod dan pengaruh yang
ditimbulkan apabila direaksikan dengan asam klorida encer. Larutan iod yang
direaksikan dengan natrium tiosulfat akan menghasilkan larutan yang berwarna
keruh. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi
Redoks (Reduksi Oksidasi) yang ditandai dengan adanya perubahan warna Iod. Pada
persamaan reaksi antara kristal natrium tiosulfat dan larutan iodin, terlihat
bahwa iod berfungsi sebagai oksidator yang mengoksidasi ion tiosulfit atau
natrium tiosulfat mereduksi iod, dan iod sendiri mengalami reduksi dari I2 menjadi I-.
Sifat kimia lainnya yang diuji dalam
percobaan ini reaksi antara natrium tioslufat dengan asam encer yang dilakukan dengan
mereaksikan natrium tiosulfat dengan asam klorida encer. Ketika keduanya
direaksikan, perubahan yang terjadi pada larutan natrium tiosulfat yaitu larutan
yang awalnya berbau menjadi tidak berbau. Berdasarkan teori ketika natrium
tiosulfat direaksikan dengan asam encer warna larutan akan menjadi kuning keruh
yang menandakan larutan tersebut mengandung belerang, dan menghasilkan
bau/aroma yang menyengat. Bau yang ditimbulkan berasal dari gas SO2
(sulfur). Penambahan HCl encer
dapat menguapkan sulfur dioksida dan mengendapkan sulfur.
.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah bahwa garam
natrium tiosulfat dapat dibuat dengan mereaksikan natrium sulfit dan belerang
pada suhu tinggi agar ikatan cincin 8 atom dari belerang dapat terputus melalui
refluks. Kristal yang dihasilkan sebanyak 9,6 gram dan rendemen yang diperoleh
sebesar 82,57% dan sifat-sifat kimia dari natrium tiosulfat dapat diketahui,
direaksikan dengan Iod dan HCl encer.
5.2 Saran
Saran yang dapat diajukan yaitu sebaiknya untuk
praktikum selanjutnya digunakan reaksi terhadap senyawa yang lain lagi dalam
pembuatan garam natrium tiosulfat agar praktikan dapat lebih memahami dan lebih
paham tentang pembuatan garam natrium tiosulfat.
DAFTAR
PUSTAKA
Egorov,
Nikolay., Dmitry Akimov., dan Nikolay Zhuravlev. 2015. Obtaining Sulfur From
Sulfur Hexafluoride And Studying The Sulfur Isotopes Properties By Using
Vibrational Spectroscopy. Procedia
Chemistry, 15.
Hoffman, R. S. 2001. Pedoman Penatalaksanaan Keracunan untuk
Rumah Sakit. Sentra Informasi Keracunan (SIKer), katalog.
Normah, I.,
Cheow, C. S. dan Chong, C. L. 2013. Crystal Habit During Crystallization Of
Palm Oil: Effect Of Time And Temperature. International
Food Resesarch Journal, 20(1); 417-422.
Rianto, Nyoman Kukuh.,
Otik Nawansih., Maria Erna. 2008. Kajian Penggunaan Narium Bisulfit Dalam
Pengawetan Krim Santan Kelapa. Jurnal
Fakultas Peternakan Unila.
Susanti,
N.M.P., Warditiani, N.K., Laksmiani, N.P.L., Widjaja, I.N.K., dan Rismayanti,
A.A.M.I. 2015. Perbandingan Metode
Ekstraksi Maserasi Dan Refluks Terhadap Rendemen Andrografolid Dari Herba
Sambiloto. Universitas Udayana.
Young, Jay A. 2002.
Chemical Laboratory Information Profil. Journal
Of Chemical, 79(7).
Komentar
Posting Komentar